Rasa
Kehilangan yang kedua kalinya
Chapter II
Sebulan kemudian Sifa baru
memberitahukan kabar keberadaan dirinya melalui telfon. Sifa bercerita kalau
dia mendapat beasiswa untuk belajar di Kairo Mesir atau pilihan lain dia
menikah dengan jodoh pilihan orang tua atas rekomendasi oomnya. Karena hubungan
ku dengan Sifa yang diketahui oleh oomnya timbulah pilihan kedua, menurut
oomnya dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran yang ada Ta’aruf. Sebenarnya
hubungan ku dengan Sifa berjalan dengan normal dan wajar-wajar saja tapi dimata
oomnya hubungan ku itu salah besar. Ku coba menerima dengan Sabar dan Ikhlas
keputusan itu. Lalu munculah sebuah pertanyaan dalam hati kecil ku yang selama
ini aku simpan “ Siapakah yang mengatur jodoh seseorang? Allah Sang Maha
Mengatur atau seorang hamba yang punya kuasa sementara didunia-NYA ini? “. Sifa
meminta pendapat ku untuk memilih pilihan itu. Kalau dia mengambil beasiswa
itu, selama ia belajar disana tak akan bisa bertemu ibu, bapak, teman-teman dan
orang-orang disayanginnya. Sementara pilihan yang kedua ia menikah dengan orang
yang ia tidak kenal emosi dan psikologinya, apakah suaminya nanti bisa menerima
kekurangan dirinya. Tapi disisi lain ia tidak bisa menetang keputusan oom dan kedua
orang tuanya. Sifa bercerita dengan menangis seakan keputusan itu diambil
secara sepihak. Mendengar semuanya itu aku pun menjadi binggung tidak bisa
memberi pendapat apapun, tadinya aku mau memberitahukan berita soal meningganya
Dita tapi aku tahan karena ku pikir akan membuat ia tambah sedih.
“ serahkan semuanya kepada Allah Sang
Maha Mengatur segalanya didunia ini “
“ iya bang, tapi oom itu mikirin
perasaan aku ngak sie? “
“ sabar ya sayang “
“ abang dari kemarin aku tuh nangis
terus mikirin masalah ini “
“ terus mau gimana lagi? Aku akan
belajar Ikhlas dan menerima semua ini ”
“ enteng banget sie bang jawabannya,
apa abang ngak sayang dan ngak cinta lagi sama Sifa “
“ bukannya aku ngak cinta dan ngak
sayang lagi sama Sifa tapi aku kan pernah cerita kalau aku masih ada janji
dengan mamah, seandainya janji itu telah terlaksana aku pasti langsung menikah
dengan Sifa “
“ jadi abang akan terima dengan hati
yang Ikhlas apapun yang akan terjadi didepan nantinya “
“ iya aku coba untuk belajar Ikhlas
apapun yang terjadi, aku akan lakukan apapun konsekwensinya “
“ ya udah kalau begitu tapi abang
jangan dendam ya? “
“ InsaAllah “
Jujur aku harus berkata seperti itu
karena aku mau Sifa mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya walaupun terasa
sakit dan perih sekali dalam hati ini. Ku yakin Sifa juga merasakan hal yang
sama, walaupun telah berakhir hubungan ku dengannya tapi aku pernah berjanji
akan menjaga semua rasa cinta dan rasa sayang ku untuknya sampai aku akan
melamar dan menikahinya setelah aku melaksakan janji ku sama mamah.
Setelah mendengarkan semua cerita Sifa
kemarin malam, komunikasi ku dengannya masih terus berlanjut dan aku berjanji
akan membuatkan cincin pernikahan untuknya seandainya pilihan jatuh ia harus
menikah dengan jodoh dari oomnya. Sifa pun senang mendengarnya dan pasti akan
memakai cincin pemberianku ketika ia menikah dengan orang lain. Pikirnya aku
sudah Ikhlas dengan apapun yang terjadi nantinya.
Waktu pun terus berjalan hingga aku
mendapatkan tugas keluar kota dari kantor. Sementara Sifa sibuk dengan dunia
kampusnya. Sehari sebelum aku pergi aku memberitahukan soal kepergian ku
melalui telfon
“ sayang aku dapet tugas keluar kota
dari kantor nie selama 2 minggu, doain aku ya semoga urusan ku lancar dan
pulang dengan selamat “
“ iya abang, aku selalu mendoakan
abang “
“ mau dibawain apa nie? ”
“ aku denger abang dengan selamat aja
sudah seneng banget “
“ ya udah deh kalo gitu entar aku
kasih surprise aja deh “
“ udah ngak usah bang “
Tak lupa sebelum berangkat bertugas
aku minta doa dan restu dari mamah dan papah semoga urusan ku lancar dan diberi
keselamatan. Keesokan harinya aku berangkat diantar oleh sibungsu kebandara.
Selama dalam pesawat aku berfikir akan mencari sepasang cincin pernikahan untuk
Sifa. Karena entah mengapa aku merasa kehilangan tetapi merasa senang. *pertanda apa lagi ini Ya Rabb, ku
memohon kepada-MU dengan segala kerendahan diri untuk Engkau tenangkan hati
ku…Amien Ya Robbal Alamin.
Setelah tiba dikota tempat ku bertugas
aku telah dijemput dan disediakan sebuah kamar hotel untuk tempat ku menginap
selama aku bertugas disana. Tak terasa seminggu sudah aku bertugas dan ketika
akhir pekan aku keluar hotel dan mencari sebuah toko perhiasan untuk memesan
sepasang cincin penikahan dan jika telah jadi aku minta kepada petugas toko tersebut
untuk mengantarkan cincin pesanan ku tersebut kehotel tempat ku menginap.
Selama bertugas disana aku selalu menelfon mamah untuk mengetahui keadaan rumah
dan tak lupa juga aku menelfon Sifa sekedar ingin tahu sedang ia disana dan
menjaga rasa cinta dan sayang ku kepadanya. Dua hari sebelum tugas ku berakhir
sepasang cincin pesanan ku diantarkan langsung oleh pemilik toko perhiasan
“ maaf pak pesanan cincin yang bapak
pesan telah jadi “
“ terima kasih pak sudah mau
repot-repot mau mengantarkannya kesini, kan bapak punya anak buah buat
mengantarkan cincin itu kesini “
“ sengaja saya mengantarkan cincin itu
karena ada kejanggalan dengan cincin itu, sebenarnya design dan model cincin
yang bapak pesan sederhana tapi mengapa saya merasa susah sekali untuk
membuatnya…cincin ini bukan untuk bapak ya? “
“ iya pak sebenarnya cincin ini
sengaja saya pesan untuk diberikan kepada seseorang yang istimewa untuk saya
tapi saya ngak bisa bersamanya “
“ kenapa bisa begitu pak? “
“ ceritanya panjang pak dan saya ingin
memberikan kejutan kepadanya melalui cincin ini “
“ ooo begitu, ya sudah pak mau saya
temenin untuk melihat kota kecil ini dimalam hari tidak pak ? “
“ boleh, entah kapan lagi saya bisa
datang ke kota ini lagi “
Akhirnya aku pun menyetujui ajakan
pemilik toko perhiasan tersebut, tak lupa aku diajak berkunjung kerumahnya.
Selama dalam perjalan keliling kota, kami saling bercerita tentang dunia dan
pengalaman hidup kita masing-masing. Banyak sekali pemahan dan konsep tentang
hidup yang aku pelajari dari pemilik toko perhiasan. Maklumlah dari segi umur
saja telah terlihat, kami jalan berdua bagaikan anak dan bapak. Tapi ada satu
buah pesan yang sangat bijak ku dengar darinya
“ hidup ini sudah susah mas Karang,
jadi sebisa mungkin kita tidak menambah susah hidup kita dengan pola pikir dan
emosi…serahkan saja semuanya kepada Sang Pemilik Kehidupan, jujur aja mas
Karang saya tidak pernah membuat konsep dan planning untuk hidup saya semuanya
mengalir begitu saja…mungkin Tuhan tidak mengabulkan keinginan dan cita-cita
kita karena Menurut-Nya keinginan dan cita-cita belum tentu baik untuk
kita…belajar bersabar dan menerima dengan Ikhlas serta lapang dada semua
keputusan-Nya, sesungguhnya semua ada hikmah yang terkandung didalam setiap
kejadian yang kita alami didunia ini, tinggal kita saja mau berfikir tidak dari
semua yang telah kita alami selama ini “
Akhirnya tiba juga waktunya aku pulang
kekota ku, tak lupa dibandara aku berpamitan kepada pemilik toko perhiasan
melelui telfon karena dia tidak bisa datang kebandara. Aku cukup memakluminya
karena toko perhiasan milikinya yang paling besar dikota tempat ku bertugas.
Setelah 4 jam terbang dengan pesawat
akhirnya aku tiba dibandara tempat sibungsu mengantar ku 2 minggu yang lalu.
Sengaja aku tidak memberitahukan kedatangan ku kepada keluarga karena aku ingin
memberi kejutan kepada mereka. Setibanya dirumah aku disambut sama mamah,
sementara papah dan adik-adik ku sibuk dengan kegiatan mereka masing.
“ Assalamualaikum “
“ Waalaikumsalam “
“ mamah Karang dah pulang nie “
“ gimana kerjaan mu disana sudah beres
semuanya ? “
“ Alhamdulillah sudah selesai semuanya
Mah “
“ oh iya ada yang Mamah mau obrolin
sama kamu “
“ ngobrolin apa Mah ? “
“ tunggu sebentar ya, mamah ambilin
air putih dulu buat kamu “
“ iya Mah terima kasih “
Mamah berajak pergi kedapur sementara
aku menaruh bawaan barang-barang ku, seperti biasa aku dan mamah selalu ngobrol
diteras belakang rumah
“ Karang ini airnya diminum dulu,
waduh mamah tinggal sebentar mau angkat jemuran keliatannya mau ujan nie “
Setelah aku minum air putih pemberian
mamah, aku pun ikut membantu mamah mengangkat jemuran, setelah jemuran
terangkat semua barulah aku dan mamah duduk kembali diteras belakang rumah
“ begini Karang, sebelumnya mamah mau
kamu berjanji sama mamah untuk sabar dn Ikhlas menerima semuanya ini “
“ InsaAllah Karang bisa sabar dan
Ikhlas Mah “
“ Alhamdulillah kalo gitu, besok Sifa
mau menikah dengan calon yang telah dijodohkan dengannya “
“ terus gimana Mah ? “ tik…tik…tik…tik…tik…tik
air hujan pun turun secara perlahan
“ Karang bisa terima dengan keputusan
dari Sifa ? “
“ kapan Mah Sifa cerita soal
pernikahan dia sama Mamah ? “
“ 3 hari setelah kamu berangkat
bertugas keluar kota kemarin, katanya dia sudah cerita dengan kamu soal dia mau
dijodohin dengan orang lain “ mendengar perkataan mamah yang baru saja
diucapkan otak ku langsung flashback mengingat semuanya kembali. Ternyata malam
itu Sifa menceritakan maksud hatinya secara tersamar.
“ kata Sifa, dia mau menerima dan
menjalani pernikahan ini dengan syarat cincin perkawinan harus dari kamu, Sifa
ingin ketika menikah nanti kamu ada disana sebagai tanda kalau kamu tidak
dendam dan bisa terima dengan pernikahan ini “
“ ooo begitu Mah, ya sudah entar malem
Karang telfon Sifa deh kalau besok dateng kepernikahan dia “
“ kamu yakin mau bisa terima dengan
semuanya ini “
“ InsaAllah Mah “
“ Karang yang sabar ya, tau ngak
kenapa mamah kasih nama kamu Karang ? “
“ ngak tau Mah ? “
“ Mamah ingin kamu tegar seperti
karang yang ada dilaut, karena pada saat kamu lahir ekonomi mamah dan papah
lagi susah banget “
“ Mamah mau Karang bisa menerima
dengan sabar dan Ikhlas…jujur aja mendengar Sifa bercerita tentang perjodohan
dan pernikahannya hati mamah ikut terasa teriris…Ibu mana yang bisa terima
dengan keadaan yang dialami anaknya seperti ini ?...tolong tunjukin sama mamah
Karang, ibu yang bisa menerima dengan
semua ini “ air mata bidadari itu terjatuh lagi setelah untuk sekian lama tidak
terjatuh. Mamah menangis terakhir kali karena aku berantem waktu disekolah
dulu. Semenjak saat itu aku berjanji tidak akan membuat mamah menangis sedih
kembali gara-gara aku. Ku dekap dan ku peluk dengan erat tubuh renta itu.
Segaja aku tidak menampakkan wajah sedih dan air mata karena aku tidak ingin
membuat sedih yang tambah dalam untuk Mamah. Cukup air hujan ini yang mewakili
kesedihan dan air mata ku. *
kuatkanlah hati ku Ya Rabb, berilah ketenangan hati, kesabaran dan keIkhlasan
untuk menerima takdir yang telah Engkau tuliskan dilangit-MU
“ terus cincinnya kapan mau beli untuk
pernikahan Sifa besok ? “ sambil mengusap air matanya
“ Karang udah siapin Mah, kemarin pas
Karang lagi tugas disana Karang sempetin mampir ditoko perhiasan untuk memesan
sepasang cincin pernikahan…hari itu entah kenapa Karang pengen cincin
pernikahan “
“ boleh Mamah liat cincinnya ? “
“ ini cincinnya Karang kantongin
dicelana Mah “
“ sederhana dan anggun “ dengan
terisak mamah mengucapkannya
“ Karang anak mamah harus sabar dan
Ikhlas ya “
“…….”
“ InsaAllah Mah, doain aja karang bisa
terima semua-Nya ini Mah “ didekap dan peluknya kembali tubuh tua itu.
Sementara mamah berdoa dan meminta sebuah harapan kepada Pengendali Kehidupan.
Doa dan harapan apakah yang diminta sama Mamah ?
Akhirnya pembicaraan itu terputus dan
diselesaikan karena Adzan Maghrib berkumandang. Hujanpun seakan mengerti dengan
keadaan saat itu, perlahan mulai reda dan berganti dengan tetesan-tetesan
kecil.
Kehidupan berjalan normal kembali
tetapi hati Karang belum bisa tenang dengan obrolan sore tadi. Mamah bisa
membaca semuanya itu dari raut muka Karang. Ketika makan malam Karang lebih
banyak berdiam diri dan seperti biasanya yang selalu ramai sibungsu yang
semenjak tadi menanyakan oleh-oleh kepada Karang dan semuanya itu terselesaikan
dengan Karang membuka bingkisan oleh-oleh yang telah dipersiapkan olehnya.
Setelah sholat Isya’ Karang berinisiatif untuk menelfon Sifa
“ Assalamualaikum “
“ waalaikumsalam “
“ sayang selamat ya buat pernikahannya
besok “
“……”
Terdengar isak tangis dari sambungan
telfon disebrang sana
“ kenapa nangis sayang ? aku ngak suka
ah…kalo masih nangis telfonnya aku tutup nie ? “
“ ngak nangis ko’ bang…makasih ya bang
buat semuanya bang “
“ abang jangan dendam dengan Sifa ya ?
“
“ InsaAllah “
“ ko’ gitu bang ? mang mamah ngak
certain semuannya ya sama abang ? “
“ jujur tanpa kemunafikan aku denger
dari mamah tadi sore aja masih sakit sekali dihati “
“ aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku
rindu kamu “
“…..”
Terdengar kembali isak tangis itu dan
semakin jelas terdengar
“ maafin aku ya bang…ini bukan mau
ku…ini semuanya kemauan dari oom, ibu, bapak dan keluarga besar “
“ sekali lagi aku minta maaf ya bang “
“ tapi aku mau besok abang hadir
dipernikahan ku dan aku cuman mau pake cincin pernikahan dari abang “
“ iya sayang, cincinnya dah aku siapin
“
“ sekarang lagi dimana ? Ko’
keliatannya sepi ? “
“ aku dikamar sendirian bang, sengaja
aku minta sama ibu malem ini aku mau sendirian dikamar “
“ ya udah deh istirahat aja sekarang
kan besok acara puncaknya, mesti fit dan sehat badan mu sayang “
“ ngak mau bang, aku mau malem ini
abang temenin aku tidur melalui telfon ini sampek aku tertidur bang “
“ abang besok dateng kan ? “
“…….”
“ kenapa diem bang ? “
“ iya besok aku dateng, aku dah janji
sama mamah untuk dateng terus mungkin mamah dateng sore ma sibungsu “
“ tapi abang datengnya ngak sore
bareng mamah kan ? “
“ iya besok pagi-pagi aku dateng
tempat sayang pake motornya sibungsu deh biar cepet “
“ makasih ya bang “
“ iya sayang “
“ oh iya sayang, besok-besok aku ngak
manggil sayang ya soalnya Sifa kan dah jadi istri orang, mungkin aku panggil
Sifa adek “
“ dah sekarang abang ceritain kemaren
abang keluar kota ngapain aja “ dan Karang pun mulai menceritakan awal
perjalanan sampai ia tiba kembali lagi kerumah. Karang bercerita dengan
perasaan yang kacau, emosional yang tak menentu dan dengan suara yang serak.
Hitam dan Putih bertarung ingin menguasai diri Karang. Dendam dan Ikhlas
tertempur memperebutkan tempat dihati Karang saat ini. * Ya Raab jangan biarkan hati ini dikuasai oleh dendam
dan dengki…Ya Rabb sesungguhnya Engkau tempat ku mengadu dan menyandarkan semua
Doa, harapan dan cita-cita ku
“ sayang “
“…….”
“ sayang “
“…….”
“ sayang “ tak ada jawaban dari Sifa
yang menandakan Sifa telah terlelap dalam tidurnya. Dan seperti biasanya Karang
selelalu kirim SMS singkat sebagai pengantar tidur Sifa
“ Konbanwa Oyasuminasai...Have a Nice
Dream “
Setelah mengetahui Sifa tertidur
Karang pun merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dan sebelum tidur ia berniat untuk
melaksanakan Sholat Tengah Malam atau Tahajud. Lima jam kemudian seperti
niatnya Karang terbangun dari tidurnya dan mengambil air wudhu dilanjutkan
Sholat Tahajud. Dalam doanya tengah malam ini ada doa dan harapan yang ingin
cepat sekali dikabulkan oleh Sang Pemilik Takdir. Dan seperti biasanya pula
mamah selalu mengecek anak-anak dikamarnya masing-masing. Ketika mamah membuka
pintu kamar Karang, mamah melihat Karang sedang menengadahkan tangannya untuk
berdoa dan seketika itu pula mamah duduk tersimpuh dan mengAMIENin setiap doa
yang dipanjatkan oleh Karang. Setelah selesai Sholat, Karang buru-buru berlari
kearah pintu kamarnya karena melihat mamah duduk tersimpuh sambil mengangkat
tangannya keatas. Air mata deras terjatuh dipipi mamah. Dipeluk dan papahnya
tubuh tua itu. Karang memapah tubuh mamah diatas kasurnya,sementara ia sendiri
tidur diatas sajadah bekas ia sholat Tahajud tadi. * Berjuta Malaikat-MU malam itu memohon kepada-MU untuk
Engkau kabulkan doa seorang anak Adam yang sedang berjuang untuk hatinya.
Keesokan paginya setelah sholat Subuh
Karang mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan pada pernikahan Sifa dan tak
lupa cincin yang akan diberikannya untuk Sifa. Setelah sarapan Karang
berpamitan dengan mamah dan papah untuk berangkat ketempat resepsi pernikahan
Sifa. Karang berangkat menggunakan motor sibungsu karena ia tahu kalau ia
menggunakan mobil ia tak akan bisa mencapai tempat resepsi pernikahan sesuai
jam yang ia janjikan kepada Sifa. Ditengah perjalan ia berhati-hati. Tapi apa
yang terjadi, sebuah motor pengendara lain menghantam dengan keras motor yang
tungganginya dan helm yang dikenakan terlepas dari kepalannya dan kepala Karang
membentur keras pembatas jalan. *Cincin
itu tak akan pernah tersematkan dijari manis Sifa, apakah ini semua Takdir yang
telah Engkau tuliskan dilangit-MU. Seorang anak Adam yang ingin menunaikan
janji kepada ibunya. Maha Suci Engkau Ya Rabb dengan segala Kekuatan dan
Kuasa-MU. Kami ini hanya sebagian dari Hamba-MU yang mencari Ridho dan
Rahmad-MU dalam mengarungi Dunia-MU yang fana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar